STPPA |
Ketercapaian STPPA ditentukan dari ketersediaan dua dokumen yaitu dokumen pertumbuhan anak (data berat badan menurut usia, tinggi badan menurut usia, berat badan menurut tinggi badan, dan lingkar kepala) dan dokumen perkembangan anak (rekap analisis capaian perkembangan anak yang dapat berupa deteksi dini tumbuh kembang anak, kartu menuju sehat atau kuisioner pra skrining perkembangan untuk semua anak). Dari 582 lembaga yang telah mengisi instrumen, diperoleh persentase pemenuhan STPPA sebesar 83.63%. Dengan melakukan komparasi dengan wilayah lainnya, capaian ini tergolong cukup tinggi dan cukup mendekati optimal. Masih tidak optimalnya atau kekurangan dari ketercapaian standar diperkirakan dikarenakan tidak adanya tatap muka sehingga sulit untuk memenuhi target capaian hingga 100%. Ketiadaan tatap muka tentunya merupakan gambaran pemenuhan kebijakan dari satuan mengikuti kebijakan pemerintah pusat juga khususnya pemerintah daerah. |
1. Jika memungkinkan, dengan melihat perkembangan data yang ada, diupayakan mulai melaksanakan implementasi pembelajaran tetap muka secara terbatas, tentu saja dengan protokol kesehatan yang ketat
2. Demi menggambarkan rangkaian kemitraan yang strategis, diharapkan terjalin komunikasi efektif, strategis, dan kolaboratif dengan stakeholders terkait, seperti, pihak pemberi kebijakan pada tatanan daerah (dinas pendidikan setempat), organisasi atau perkumpulan pendidik dan tenaga kependidikan (HIMPAUDI dan IGTKI)
3. Adanya rangkaian monitoring dan evaluasi secara berkala dari pihak yang terlibat, yang dapat memanfaatkan potensi dari pihak Dinas, maupun UPT Kemendikbud, dalam hal ini adalah BPPAUD DIKMAS NTB. |
ISI |
Sebagai bagian dari standar isi, yang terdiri dari : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Acuan KTSP, dan layanan menurut kelompok usia. Gambaran bagian dari standar isi ini, cukup memiliki hasil yang baik, jika dibandingkan dengan rata-rata dari pencapaian Propinsi. Hal ini kurang lebih berpengaruh dari gambaran kuantitas lembaga atau satuan PAUD yang rata-rata sudah menjalani proses akreditasi. Yang menjadi catatan kemudian adalah, proses akreditasi cukup terkendala di kala pandemi, khususnya terkait dengan keterbatasan rangkaian implementasi yang sudah menjadi rencana namun ter-adaptasi-kan menjadi KTSP dengan konteks pandemi, di beberapa satuan yang ada. Ataupun adanya satuan yang telah mengimplementasikan kurikulum darurat, sebagai bagian dari adaptasi pembelajaran di masa pandemi Covid-19. |
1. Jika memungkinkan, dengan melihat perkembangan data yang ada, diupayakan mulai melaksanakan pengayaan, pelatihan serta peer tutoring dari satuan yang dapat diwakili dengan himpunan pendidik dan tenaga kependidikan (HIMPAUDI maupun IGKTI). Hal ini tentu saja untuk penyegaran dan update akan kompetensi dan kepekaan pendidik dalam mengembangkan Kurikulum pada satuan nya.
2. Demi mengoptimalkan rangkaian pemenuhan standar isi, perlunya dukungan dari berbagai pihak, dalam hal ini dapat kiranya tim dari Badan Akreditasi Nasional PAUD DIKMAS, yang dapat menjadi rangkaian kegiatan dengan prinsip Mutual Benefit.
3. Bimbingan dari pihak BAN PAUD DIKMAS itu tentu saja akan menggambarkan upaya bersama dalam mengevaluasi peningkatan dan proses pembelajaran di satuan pada khususnya di Kabupaten Sumbawa. |
PROSES |
Pemenuhan standar proses dapat dilihat dari terpenuhinya unsur silabus/ RPPM, RPP/RPPH dan pengawasan pembelajaran. Pemenuhan standar proses pada satuan PAUD di Kabupaten Sumbawa dapat dibilang belum menjadi optimal, yang merupakan impact dari kurang optimalnya peran serta aktif orang tua dalam mendukung proses pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan di rumah, sebagaimana apa yang disarankan ketika pandemi berlangsung. Sebagai aktualisasi dari proses pembelajaran dari rumah, orang tua idealnya menjadi guru yang menganalisis proses pembelajaran yang dilangsungkan di rumah, mendokumentasikan dan melaporkan kepada guru hingga akhirnya guru dapat mengevaluasi hasil belajar dan perkembangan siswa, walaupun pada masa pandemi dimana tidak ada tatap muka. |
Dikaitkan dengan rekomendasi pada standar proses, upaya dari satuan dalam pemenuhan dan peningkatan kapasitas maupun kompetensi serta partisipasi orang tua dalam proses pembelajaran dari rumah dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti, pengadakan pelatihan sejenis, pelaksanaan kelas orang tua, peer tutoring, pengadaan dan pembentukan panduan yang sangat kontekstual dengan kebutuhan dari satuan yang berciri-khas kan masing masing. |
PTK |
Standar empat ini, dimana fokus pada kualifikasi dan kompetensi pendidik dan kualifikasi pengelola atau tenaga kependidikan, akan menggambarkan kualifikasi dan kompetensi PTK yang dirasa masih kurang dan dapat dioptimalkan dengan langkah langkah implementatif. Adanya pencapaian skor yang masih belum optimal tentunya menjadi sebuah refleksi atas kemampuan dan tantangan yang dapat diberikan penguatan di kemudian hari, sebagaimana dilakukan dengan seksama, dengan melibatkan seluruh pihak terkait. |
Dikaitkan dengan rekomendasi pada standar PTK, upaya dari satuan dalam pemenuhan dan peningkatan kapasitas maupun kompetensi, maupun kualifikasi dapat dimulai dengan menjalin mitra dan kolaborasi dengan para pihak yang terlibat. Selain itu, juga ada pemetaan dari rangkaian kebutuhan maupun serta partisipasi dari pihak internal, dapat merupakan pihak yayasan dari satuan, dapat merupakan bagian dari komunitas pembelajar dan lainnya. Pihak Dinas pendidikan setempat an UPT juga memegang peran penting dikaitkan dengan penggambaran kompetensi dan kualifikasi dari pendidik dan satuan pendidikan di wilayah tersebut. Khususnya penggambaran peningkatan kompetensi, kiranya dapat ditingkatkan dengan menyelenggarakan rangkaian pelatihan dan bimbingan teknis yang sesuai dengan kebutuhan atau kontekstual. |
SARPRAS |
Pada standar kelima ini, menggambarkan sarana dan prasarana pendidikan. Gambaran dari sarana dan prasarana tentunya mendeskripsikan lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, dan pendukung sejenis. Jika bicara dengan sarana, menggambarkan serangkaian alat langsung untuk mencapai tujuan Pendidikan. Penggambaran sarana dan prasarana dari keseluruhan Lembaga PAUD di Kabupaten Sumbawa, didukung oleh pernyataan akumulatif dan refleksi dari mereka bahwa dengan kenyataan bahwa Sebagian besar dari mereka masih belum memiliki bangunan sendiri. Dari hasil survey capaian, rata-rata satuan telah memiliki APE, bahan, alat dan sarana bermain lainnya, dengan kecukupan yang disesuaikan dengan karakter dan kemampuan lembaga. Mulai dari sarana bermain peran, media dan alat pengembangan agama, fisik motorik dan alat atau bahan yang bersumber dari lingkungan sekitar. Yang menjadi tantangan adalah bahwa jumlah APE yang dimiliki tidak sesuai dengan jumlah rasio anak (densitas), dan juga dicermati bahwa tidak semua APE yang dimiliki memuat dan mendukung optimalisasi aspek perkembangan . satuan juga sudah memiliki sarana umum lainnya seperti instalasi listrik, air maupun lahan yang digunakan sebagai tempat pembelajaran. |
Perlu ada instrumen untuk memetakan jumlah lembaga yang memiliki bangunan sendiri, dan sebaliknya. Penggambaran dari data ini akan kemudian menjadi dukungan gambaran kebijakan yang akan dilakukan untuk mendukung penyediaan alat permainan edukatif yang akan menyesuaikan dengan rasio jumlah anak dalam tahap tingkat perkembangannya.
Satuan pendidikan perlu menyediakan Alat permainan edukatif dengan menyesuaikan dengan rasio jumlah anak maupun tingkat perkembangannya.
Yang juga menjadi salah satu solusi adalah adanya rangkaian workshop yang dapat memperkaya khasanah dan memantik ide dari pemenuhan sarpras dengan bahan dan sumber daya yang ada, tanpa perlu membeli dan menggunakan bentukan atau buatan pabrikan. |
PENGELOLAAN |
Dari hasil survey capaian standar nasional pendidikan, pada standar enam terkait pengelolaan. Sebagai gambaran, rata-rata satuan sudah memiliki dokumen terkait visi misi, rencana kerja tahunan, kalender pendidikan, struktur organisasi, serta Standar operasional prosedur maupun tata tertib sekolah.
Adanya perencanaan satuan, pengorganisasian nya, tergambarkan seiring dengan jumlah satuan PAUD yang melakukan proses akreditasi. Walaupun dalam kaitannya dengan proses akreditasi yang sudah dijalani masih dapat dioptimalkan dalam menggambarkan pengelolaan satuan yang mendekati ideal, akuntabel serta reliabel. |
Pemenuhan dalam peningkatan kapasitas dari kemampuan dalam mengelola, kemudian dapat dinyatakan dalam pemberian bimbingan menuju akretasi.
Yang menjadi catatan adalah, bagaimana satuan Pendidikan perlu menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) seperti penerimaan siswa, pembelajaran, SOP terkait pendidik dan tenaga kependidikan, dan SOP pembelajaran sehingga dapat mendukung program yang ada di satuan pendidikan. |
PEMBIAYAAN |
Gambaran standar pembiayaan terjabarkan tidak terlalu ideal jika dibandingkan dengan standar lain, hal tersebut diungkapkan sebagai gambaran bagian dimana adanya ketidaktertiban administrasi keuangan, adanya laporan keuangan yang hilang dan tak memiliki rangkaian bukti fisik yang dapat dipertanggungjawabkan.
Namun secara garis besar, capaian standar nasional pendidikan, rata-rata satuan sudah memiliki dokumen terkait rencana anggaran pada tahun berjalan seperti biaya operasional, biaya personal maupun investasi dan juga pembukuan catatan pemasukan dan pengeluaran lembaga. akan tetapi satuan masih banyak yang belum memahami terkait administrasi keuangan lembaga dan kemampuan dalam pengelolaan kurang baik, dalam artian menyimpan secara sistematis, terperinci dan terklasifikasi. |
Upaya yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan pengembangan pencapaian dari standar pembiayaan intinya adalah pada disiplin dan tersistematis.
Satuan dapat diberikan dan diperkaya dengan pembimbingan dalam membuat pembukuan dan laporan keuangan yang baik.
Yang juga dapat dimaksimalkan adalah potensi akan adanya e-storage dalam penyimpanan atau dalam bentuk google drive (cloud) demi mendapatkan rekap, bukti dan bentuk pembukuan serta laporan keuangan yang tetap tersedia sehingga mudah jika dalam kebutuhan kedepannya diperlukan pengecekan kembali. |
PENILAIAN |
Gambaran pada standar penilaian yang secara garis besar terdiri dari ragam metode, seperti, bentuk penilaian ceklis, penilaian anekdot maupun penilaian hasil karya, serta ragam penilaian lain, ditunjukkan dalam bentuk atau hasil skor yang kiranya masih dapat dibilang cukup.
Namun Analisa dikaitkan dalam hasil penilaian ini, menunjukkan bahwa secara langsung maupun tidak langsung ada pengaruh ataupun impact dari pandemic covid19 dan implementasi pembelajaran jarak jauh (PJJ) terhadap praktek atau implementasai penilaian. Hal ini dikarenakan support dari orang tua yang idealnya harus cukup total dalam mendukung proses belajar di rumah, dan menganalisa dan kemudian melaporkan
perkembangan anak, sehingga penilaian tetap terlaksana dan terimplementasikan dengan baik. laporan perkembangan anak. stagnan gara2 pandemi
Kerjasama kedua belah pihak ini, akhirnya akan menghasilkan penyusunan laporan perkembangan anak yang diberikan kepada orang tua setiap semester. Tantangan yang dihadapi adalah pemahaman guru masih kurang terkait dengan analisis penilaian perkembangan anak dan masih banyak yang belum memahami bukti fisik dalam penilaian, dan merangkaikan nya dalam gambaran penilaian atau evaluasi yang menunjukkan pencapaian tumbuh kembang atau kompetensi anak. |
Pada aspek penilaian, yang dapat direkomendasikan adalah pemberian bimbingan teknis dan penguatan implementasi secara kontekstual. Adanya format penilaian yang sudah baku juga akan membantu proses penilaian di lapangan. Adanya penguatan dan proses belajar dari rekan sejawat melalui gugus juga diharapkan dalam memperkuat praktek penilaian sebagai bagian dari rangkaian proses belajar pada satuan PAUD. |